#IndonesiaTanpaJIL

BlogTag

BlogTag
Verba volant, scripta manent - Words fly, written stays

Tuesday, December 28, 2010

Goresan untuk Garuda

Kita semua punya masalah, kita semua punya rintangan dalam hidup. Tapi kita punya harapan, dan harapan itu akan menjadi kenyataan bila kita berjuang untuk menggapainya.

Hari ini, satu hari sebelum final leg ke 2 di GBK, ribuan orang masih mengantre di GBK, untuk selembar kertas tanda izin masuk ke stadion besok malam. Ya, tiket Final Piala AFF Leg ke 2 di GBK. Padahal, kita semua mengetahui bahwa Timnas butuh perjuangan yang ekstra berat untuk menjadi Juara, harus menang minimal dengan selisih 4 gol atas Malaysia. Kenyataan ini membuka mata kita, bahwa Bangsa Indonesia tidak peduli dengan hambatan dan tantangan hingga kesempatan itu berakhir. Perjuangan baru berakhir ketika pertandingan memang benar-benar telah berakhir.

Sementara para pemain Timnas tidak mempersoalkan gangguan supporter Malaysia di Bukit Jalil dengan laser hijaunya. Tidak perlu ada kambing hitam. Kita telah kalah di leg pertama, dan itu adalah pelajaran bagi kita, bukan berarti kita telah kalah secara total. Jangan menyerah, masih ada 90 menit di GBK seperti ucapan Bambang Pamungkas Sang Kapten Tim. Ini Tamparan dari Allah, begitu kata Ahmad Bustomi. Para pemain TImnas tetap siap menghadapi pertempuran kedua di GBK.

HARI INI, INDONESIA MEMBUKTIKAN DIRI SEBAGAI BANGSA PEJUANG, BANGSA YANG TIDAK KENAL MENYERAH, BERSATU DALAM PERJUANGAN DAN BERTINDAK SESUAI APA YANG BISA DILAKUKAN.

Sementara setelah kekalahan di Bukit Jalil, para politikus kesiangan itu bersembunyi di balik media yang mereka kontrol. Mereka yang sok pahlawan itu muncul ketika orang-orang mengelu-elukan Timnas, lalu memasang spanduk foto-foto mereka di Bukit Jalil yang membuat kita sebagai orang Indonesia malu. Patut kita lihat, setelah final besok, apakah mereka akan memboncengi Timnas lagi? Sepertinya di Indonesia telah lahir seorang copycat dari Silvio Berlusconi, seorang pengusaha Italia yang jadi tenar dan akhirnya menduduki kursi Perdana Menteri yang diawali dengan suksesnya di bisnis sepakbola. Kalau benar, saya hanya berharap semoga sang copycat tersebut mendapat pelajaran yang sama dengan Berlusconi ketika giginya patah terkena lemparan patung besi di tengah khalayak ramai. Hanya agar dia tahu, apa yang dilakukannya itu sama sekali tidak mendapat simpati dari mayoritas pendukung Timnas Garuda.

Bambang, Firman, pimpinlah TImnas di lapangan hijau dengan penuh percaya diri. Hilangkan bayangan kebobolan 3 gol di Bukit Jalil. Besok jadikan laga yang sama sekali tak terkait dengan itu. Mari mengulang kenangan manis 28 hari lalu di tempat yang sama, di mana kita berpesta pora menghancurkan Harimau Kemayu dengan skor 5-1. Tanpa bantuan mobilisasi laser hijau yang membuat emosi. Hanya dengan keriangan, hanya dengan keringanan kaki dan senyum di lapangan. Percayalah, kami semua mendukung Timnas Garuda dengan hanya 1 harapan: Menang dengan berwibawa, kalah pun dengan terhormat. Kami tidak menginginkan menjadi pengurus PSSI, kami hanya ingin PSSI tidak salah urus.

Kami percaya Garuda akan mengangkasa....

Monday, December 20, 2010

Mengapa Obama pilih Shangri-la?

Ini bukan blog berbayar, ataupun tulisan utk sponsor. Saya hanya ingin share sesuatu yg bagi saya menarik, yg kebetulan baru saja saya baca di Executive Lounge dalam perjalanan saya ke Bali hari ini.
Ini tentang: "pentingnya sesuatu diatur dengan kesempurnaan, sehingga kesempurnaan itulah yg dibutuhkan untuk suatu kepentingan".

Tanggal 9-10 November kemarin, Presiden Obama 'mampir' ke Indonesia. Singkat sekali, kurang dari 24 jam hingga ada yg berseloroh, Obama tidak lebih dari 24 jam karena malas berurusan sama RT karena diharuskan lapor apabila menginap minimal 1x 24 jam. Kata Obama sih: "pulang kampung, nih..".

Dalam kunjungannya yg singkat di Bulan November itu, ternyata Secret Service sudah memilah-milah hotel sejak Januari. Pilihan jatuh ke Shangri-la. Pertanyaannya adalah: apa kelebihan Shangri-la?

Di majalah VENUE Edisi No.06/Desember 2010 dijelaskan beberapa hal yg mungkin baru kita ketahui. Standar yg sangat tinggi, meliputi sistem Keamanan & juga kenyamanan yg luar biasa. Itu saja kuncinya.

Shangri-la memiliki teknologi keamanan yg canggih, yg dinamakan "Perencanaan Penanggulangan Gangguan Sipil". Ok, mungkin 'under vehicle inspection system' sudah banyak dijumpai di hotel-hotel lain, begitu juga kamera CCTV yg berjumlah 350 unit, termasuk juga helipad atau heliport. Ternyata lebih dari itu, Hotel Shangri-la memiliki telepon satelit, anjing pelacak K-9, kemudian melapisi kaca hotel dengan kaca film 3M yang dapat meminimalkan efek jika terjadi ledakan pada kaca jendela.
Nah, sistem penanggulangan gangguan sipil ini ternyata urusannya logistik. Di Shangri-la dalam keadaan darurat, hotel ini mampu memenuhi kebutuhan makan 3000 orang untuk makan 3x sehari selama 10 hari. Untuk kebutuhan minum, konon Shangri-la mempunyai saluran air bersih langsung ke hulu sumber air di Bogor plus 4 sumur resapan yg bisa membantu memenuhi kebutuhan air bersih. Selain itu terdapat juga persediaan air minum kemasan yg bisa dipergunakan oleh 2000 org selama 4 hari. Soal energi listrik, hotel ini memiliki 5 generator berdaya 1.825 kVA dengan persediaan bahan bakar yg cukup selama 5 hari. Begitulah kira-kira.

Kebutuhan seorang seperti Obama memang sangat special, hehehe... Well, sebenarnya ketakutan itu jg menurut saya adalah cerminan banyaknya musuh yg jg akibat kebijakan luar negeri Amerika yg mau menang sendiri & mengamankan pasokan BBM mereka dengan berbagai cara. Tapi, kalo kita ingin melanjutkan topik ini sesuai konteks awal, maka kesempurnaan itulah yg diperlukan. Di saat pihak lain msh berpikir sektoral, kita sudah harus memiliki visi ke depan yg lebih maju. Visi global, & tidak hanya mementingkan citra sesaat, namun di dalamnya penuh rayap yg menggerogoti. Keamanan & kenyamanan adalah hal yg memang paling utama dalam pelayanan hotel, namun lebih dari itu, harus ada nilai lebih yg memang di atas standar rata-rata & dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, itulah yg terpenting. Bukan hanya etalase, tapi isi adalah yg terpenting.

Mudah-mudahan kekaguman ini dapat memicu kita semua untuk dapat lebih berkarya dengan serius & menyempurnakan pekerjaan. Menuju hasil yg lebih dari sekedar selesai. Meningkatkan standar, bukan hanya citra & sekedar etalase.



ADG
Blog: http://8200psig.blogspot.com/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, December 15, 2010

Garuda di Dadaku

Seiring dengan baiknya penampilan Timnas Sepakbola Indonesia di Piala AFF 2010, maka banyak sekali pendapat yang mengalir deras yang ditujukan kepada Tim ini. Bukan saja pendapat yang teknis, tapi juga non teknis, hingga seragam timnas pun digugat. Digugat? Ya, digugat oleh seseorang yang bernama David Tobing.

Tidak jelas apa tujuan akhir dari gugatan David Tobing ini, inilah kutipan dari pendapat beliau: "Ada fakta penggunaan Lambang Negara tersebut tidak berdasar dan melanggar Undang-Undang tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan". Lalu beliau pun menggugat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Mendiknas, Menpora, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan PT Nike Indonesia, terkait penggunaan lambang negara Garuda dalam kostum tim sepak bola nasional (http://www.antaranews.com/berita/1292329080/david-tobing-gugat-kostum-timnas-indonesia).

***
Menurut saya, gugatan itu adalah gugatan yang tidak perlu, terlalu berlebihan dan terkesan (maaf) mencari popularitas.
Sejak tahun 1956 di Olimpiade Melbourne, Lambang Garuda itu selalu melekat di dada para pemain Timnas, bahkan pernah berukuran besar dan terletak di bagian tengah bagian depan seragam merah Timnas Indonesia. Sampai beberapa hari yang lalu, tidak seorang pun mempermasalahkan hal tersebut, bahkan kelompok-kelompok supporter membuat yel-yel penyemangat Tim Nasional pada saat bertanding di stadion dengan Nyanyian: "Garuda di dadaku"


Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku
Ku yakin hari ini pasti menang
Kobarkan semangatmu, tunjukkan sportifitasmu
Ku yakin hari ini pasti menang.

Menyanyikan yel di atas di dalam Stadion bersama-sama puluhan ribu pendukung Timnas merupakan satu hal yang bisa menambah kecintaan kita terhadap Bangsa dan Negara. Dan hal ini membuat saya berpikir, bahwa David Tobing ini mungkin tidak pernah merasakan atmosfer itu.

Monday, November 22, 2010

Nadia

Nadia is an angel. She has beauty. She spreads the beauty. She makes you feel a beauty. She is the Beauty. Beauty....

I love watching my daughter play. It's her energy. It's her entushiasm. It's her beauty. It's her emotions. So adorable. Adorable....

Miss my daughter. Her smell, her smile, her style, her smooth skin. She's my energy. My source of energy. Energy....

My li'l angel is like a flower. Not a rose, she has no thorn. Not a jasmine, she's colorful. She's a fragrant one. She is a flower. Flower....

My God, she's a freedom. She runs freely, shouts freely. Sleeps freely, smiles freely. And I love her for free. For free....

A dream. She's a dream. Dream about how to love, how to care. Dream about how to cope, how to share. She's a dream. Our dream....

My daughter is an inspiration. Inspire me to smile, to live. To be humble, to give. To be healthy, and to be me. Inspirations....



ADG
Blog: http://8200psig.blogspot.com/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Friday, November 19, 2010

Pembelaan

Menyelami perasaan seseorang memang tidak mudah, dan kadang memang tidak ada gunanya. Tapi terkadang juga kita penasaran dengan apa yang menjadi isi kepala seseorang. Membuat kita menerka-nerka, apa yang diinginkan dari orang tersebut, apa tujuannya, apa yang melatarbelakangi dia melakukan sesuatu, melatarbelakangi dia mengatakan sesuatu, melakukan pembelaan terhadap sesuatu yang sudah jelas tidak perlu diterangkan dan dibela serta hal-hal lain yang membuat rasa keingintahuan kita tinggi.

Khusus mengenai pembelaan, saya memiliki pengalaman yang unik, yang mungkin tidak perlu diterangkan di sini. Tapi hal ini membuat saya berteori, dan muncullah hipotesis saya tentang pembelaan.

Sebelum membaca tulisan ini saya perlu mengingatkan bahwa apa yang saya tulis ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan salah satu atau beberapa profesi tertentu. Ini hanyalah tulisan berdasarkan pendapat saya yang saya anggap logis.

Seseorang yang membela sesuatu atau seseorang, dapat dilatarbelakangi oleh beberapa hal yang logis, di antaranya adalah:
  1. Dibayar. Hal ini sangat logis dan pasti banyak terjadi. Bisa menjadi profesi, bisa juga amatiran. Atau malah tidak sengaja dan diperalat. Tidak perlu dibahas, semua juga sudah mengerti.
  2. Simpati. Atau mungkin juga bisa dibilang kasihan. Seseorang yang bersimpati dengan orang lain, cenderung akan melakukan pembelaan terhadap orang lain yang menurutnya pantas untuk dibela, atau dikasihani. Pembelaan bisa dilakuakan terhadap penindasan, pelecehan, penganiayaan dan juga ejekan. Hal ini bisa juga dilatarbelakangi oleh lemahnya mental orang yang menjadi objek, ketidaktegasan, ataupun ketidakberdayaan. Orang yang easygoing tidak termasuk dalam orang yang pantas dibela, kecuali istilah easygoing itu salah alamat, atau salah diinterpretasikan. Sebenarnya objek tersebut tidak easygoing, tetapi lemah secara posisi, dan tidak tegas dalam bertindak.
  3. Status. Karena status, biasanya orang berusaha untuk melindungi objek untuk dibela. Biasanya status ini karena pernikahan atau memang hubungan darah. Bisa juga antara atasan-bawahan. Pembelaan seperti ini biasanya tulus, namun tidak jarang juga timbul karena terpaksa. Bisa juga dilakukan untuk menjaga image, menjaga rahasia pribadi, keluarga, perusahaan dll, bahkan untuk menutupi borok atau aib dalam suatu institusi.
  4. Satire/sinisme. Pembelaan seperti ini tujuan sampingnya adalah menyindir objek yang dibela. Secara sadar atau tidak sadar, objek yang dibela akan merasa tersindir dan lama kelamaan menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh orang yang membelanya ini adalah berlawanan dengan tujuannya. Biasanya pembelaan seperti ini akan berakhir dengan kesadaran dari objek yang dibela atas kekeliruannya.

Sunday, November 14, 2010

Garing; Sebuah Kajian Singkat

Beberapa org memang terlahir garing. Beberapa org memang sangat berbakat untuk menjadi garing. Beberapa yg lain seperti terlihat bangga dengan kegaringannya, bahkan terlihat sekali seperti tidak ingin kehilangan reputasi garing, bahkan berusaha mati-matian mempertahankan kegaringan itu.

Garing mungkin didapat dari faktor lingkungan. Mungkin pergaulan. Mungkin juga faktor keturunan. Yg pasti, sangat berat untuk tertawa pada saat kegaringan itu muncul dari seseorang dengan reputasi garing yg menahun.

Garing bisa menular! Seseorang yg hidupnya selalu dekat dengan org garing cenderung akan bersifat garing juga. Sensitivitas kelucuan akan berubah secara berangsur-angsur menuju kegaringan yg tiada tara. Ini merupakan ancaman terhadap humor & kelucuan di lingkungan kita. Sebaiknya kita mencegah ancaman dari orang-orang yg ingin memasyarakatkan kegaringan & menggaringkan masyarakat.

Garing itu pencemaran gairah. Garing mengotori mood. Garing juga mengubah cuaca & suasana hati kita. Di saat kita berdiskusi & bercanda dengan riang, lalu kemudian datang seseorang yg membawa kegaringannya, maka kegaduhan akan berangsur berubah menjadi kerlingan mata, menjadi bibir yg monyong, bahkan gerutu. Tertawa akan berubah menjadi meringis, senyum akan berubah menjadi tertahan. Atmosfer humor akan berubah mendung. Bahkan kadang semua org berusaha untuk berlari dari lokasi jatuhnya kegaringan seraya berdoa agar tidak timbul kegaringan lain di tempat yg baru.

Kegaringan lahir dari pergaulan. Kegaringan lahir dari cara pandang & wawasan. Kegaringan lahir melalui proses. Semakin kegaringan ditolerir, maka kegaringan akan selalu muncul. Oknum yg garing akan selalu merasa lucu, apabila dibiarkan & diperlakukan seperti kita memperlakukan hal yg lucu. Semakin ditolerir, kegaringan akan menjadi kronis, lama-lama akan sangat mengganggu. Karenanya, kita harus memperlakukan org yg berlaku garing seperti apa adanya. Siapa yg mau menjadi korban kegaringan? Korban kegaringan akan tersiksa dalam hati. Korban kegaringan cenderung berbohong dengan berpura-pura tertawa. Korban kegaringan bisa tersenyum kecut, bisa tersenyum sinis & juga bisa tersenyum lebar, walaupun terlihat seperti org yg menahan sakit perut. Korban kegaringan patut dikasihani.


Sebenarnya, para pelaku & pembawa kegaringan patut kita hargai usahanya untuk menghidupkan suasana. Namun sayang, tujuan mulia tersebut gagal dinikmati oleh lingkungan akibat perbedaan level sense of humor. Malah akhirnya terkadang situasi yg pada awalnya ceria, bisa berubah menjadi seperti mengheningkan cipta.

Yg paling parah adalah kegaringan yg agen pembawanya adalah org yg patut kita hormati. Misalnya atasan kita, Pak RT, mertua, ustadz dll. Rasanya jiwa humor kita tercabik-cabik. Rasanya kita ingin hari cepat-cepat berganti malam agar kita cepat tertidur & terlepas dari belenggu kegaringan itu.

Mudah-mudahan kita selalu terhindar dari kegaringan-kegaringan dunia. Mari kita berusaha untuk meningkatkan level humor, mengasah bakat lucu & gemar menonton lawakan yg berkualitas di atas kegaringan rata-rata.
Akhir kata, saya tidak yakin anda membaca kajian tentang kegaringan (yg sangat garing ini) hingga sampai pada kalimat berikutnya. Terimakasih telah iseng membaca tulisan garing ini.


ADG
Blog:
http://8200psig.blogspot.com/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Monday, November 8, 2010

Ulang Tahun; Muhasabah

Ok, 32, memasuki 33. Now what?

  1. Dalam kalender Masehi, memang umur saya 32, tapi dalam kalender Hijriyah, sudah hampir 33 tahun. Ya, saya lahir pada tanggal 10 Dzulhijjah 1398 H, di sebuah rumah sakit milik Pertamina, di Sungai Gerong. Sungai Gerong waktu itu masih masuk dalam wilayah Kabupaten Musi Banyuasin, walaupun sekarang sudah dimasukkan ke dalam wilayah Kota Palembang. Konon kata orang tua saya, saya lahir tepat pada saat adzan subuh berkumandang, pada hari Raya Idul Adha di tahun itu.
  2. Orang tua saya pada mulanya hanya akan memberi nama saya dengan nama: Adrian. Ya, singkat sekali. Tetapi kemudian ditambah dengan "Agung" atas permintaan kakek saya almarhum. Beliau bilang, karena saya lahir di Hari Raya yang besar, maka sebaiknya diberi nama "Agung" untuk mengingatkan sejarah ini. :)
  3. Saya ingat, masa kecil saya dihabiskan di suatu daerah pinggiran Kota Palembang, dengan sungai-sungai kecil dan rawa-rawa, serta kebun dan hutan di sekelilingnya. Tentu sekarang wilayah ini sudah banyak berubah. Masa kecil saya penuh dengan permainan kampung, memancing, memanjat pohon dll. Khusus memancing, sampai sekarang saya masih lebih suka memancing di rawa-rawa dibanding memancing di laut atau sungai. Ikannya lebih friendly dan lebih enak dimakan. ^_^
  4. Hmm, ini muhasabah kan? Hehehe.... Ok. Sepertinya lebih baik tidak memakai numbering... :-)

32 tahun. Presiden Soeharto menjabat selama kurun waktu tersebut. Beliau sudah membuat sejarah yg sangat panjang, dengan akhir yang tidak menyenangkan. Mudah-mudahan ini merupakan awal yang baik untuk saya, dan tidak berakhir seperti kekuasaan sang mantan Presiden.

32 tahun. Sehari setelah ulang tahun saya, Presiden Obama menyempatkan berkunjung ke Indonesia, walaupun tidak sampai 24 jam. Sepertinya Obama bermain monopoli: "hanya lewat". Mudah-mudahan bermanfaat, walaupun saya masih sepakat dengan kalimat: "Obama will not change a thing, America is America". Mudah-mudahan ini merupakan penanda dan motivasi bahwa dengan bersikap optimis, semua bisa dicapai. Obama bisa menjadi Presiden USA pertama dari kalangan Afro-Amerika.

32 tahun. Hampir dua minggu sebelum hari ulang tahun saya, terjadi gempa dan tsunami yang dahsyat yang mengakibatkan lebih dari 400 orang meninggal di Mentawai. Sebelumnya Wasior juga tersapu banjir bandang. Dan hampir berbarengan dengan Mentawai, Merapi memulai semburannya. Hingga saya menulis blog ini, situasi di sana masih tidak menentu. Mudah-mudahan ini merupakan peringatan agar saya jangan sampai lupa dengan Kuasa Allah, SWT.

Saturday, November 6, 2010

Opposite

Apa kau tau saatnya aku menabuh rindu?

Gemuruh itu adalah deras alir emosi yg tiba-tiba meluruh di hati
Berpendar dalam tangan yg membelai & menggapai
Aku selaraskan dengan frekuensimu, yg tak aku tau, selalu

Apa kau rasa ketika cinta itu ada?

Rona merah itu adalah dendam yg terpendam dalam
Dendam yg tersapu waktu, mengalah pada kondisi, terpaku
Terseret sepi, terasing walau tak sendiri, kering

Apakah aku & kamu bukan dalam satu masa?

Hingga di saat kau tersenyum, aku merenung
Hingga di saat ku terluka, kau tertawa
Hingga di saat kau berlari, ku hanya berdiri
Hingga di saat ku marah, kau tak gundah

Semacam sepoi di antara panas & hujan, kita mestinya menyejukkan
Semacam air di antara kemarau kering, kita mestinya menyegarkan
Semacam tawa di antara sedih & duka, kita mestinya gembira

Dan kini hanyalah sepi mengukir waktu, di antara datang dan berlalu
Hingga ketika tiba di hatimu, ku kan tuangkan cinta itu


ADG
Blog: http://8200psig.blogspot.com/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Thursday, October 28, 2010

'Sumpah Pemuda' vs 'Sumpah Serapah Pemuda'

82 tahun yang lalu, berbagai wakil organisasi kepemudaan antara lain Jong Java, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie melaksanakan Kongres Pemuda II.

Kongres Pemuda II ini menghasilkan satu catatan penting, yang kemudian dikenal dengan Sumpah Pemuda.
Isinya kurang lebih sebagai berikut:

PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).
KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).
KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).

Pada hari itu juga, diperdengarkan (konon untuk pertama kalinya di hadapan orang banyak) Lagu Indonesia Raya, yang kemudian menjadi Lagu Kebangsaan Indonesia.

Hingga kini, Output dari Kongres Pemuda II ini diperingati setiap 28 Oktober sebagai hari Sumpah Pemuda.

* * * * *

Di masa kini, apakah semangat persatuan dan kebanggaan berbangsa dan berbahasa Indonesia itu masih melekat pada diri kita, para pemuda?

Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.

Adakah tumpah darah kita itu berarti kita memang harus menumpahkan darah kita di jalanan dengan tawuran?
Adakah tumpah darah yang satu itu berarti kita harus berdemo hingga babak belur, anarkis, membakar ban hingga ada martir di antara kita?
Adakah tumpah darah itu kita harus tunjukkan dengan menghadapai pemuda lain yang berseragam polisi atau satpol PP, yang notabene mungkin adalah sahabat kita, tetangga kita bahkan keluarga kita sendiri?

Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, kita bisa mendapatkan arti dari 'tumpah darah' itu sebagai 'tempat (daerah) kelahiran'. Hmm, mestinya kita tahu dan mengerti itu. Tapi bagaimana kita menghayati substitusi kata 'tempat (daerah) kelahiran' itu dengan idiom 'tumpah darah' yang mestinya secara emosional lebih bermakna mendalam.
Seharusnya kita memahami dengan baik pentingnya kita memaknai tumpah darah itu dengan kecintaan terhadap tanah air, persaudaraan. Tanah air kita yang merupakan Negara Kesatuan, dari Sabang sampai Merauke, yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau dengan total garis pantai terpanjang di dunia, yang membuat kita memiliki banyak saudara dengan kekayaan alam dan budaya yang disumbangkan oleh masing-masing wilayah kita.

Kita dulu pernah jaya dengan dua Kerajaan Maritim yang Besar: Sriwijaya dan Majapahit.

Tuesday, October 26, 2010

Meilia

Kita serupa kau, aku & bunga-bunga. Puisi cinta yg mengembun di antara tangis, tawa & wangi di antaranya

Tak mesti selalu tangguh, hanya bila terdampar peluh & keluh, aku kan hadir tuk mengusung sembuh, memberi teduh

Tak mesti selalu tegar, sebab saat kau gemetar, ku kan tersadar membentang bahu tuk bersandar

Tak mesti selalu berani, karena jika kau sendiri, ku kan beringsut bahkan berlari, tuk temani di setiap malam & pagi

Tak mesti selalu tertawa, karena hidup penuh nada. Kita kan tertawa pd saatnya, menangis pd waktunya. Aku, kamu didekap bahagia

Kita serupa kau, aku & bunga-bunga. Puisi cinta yg berwarna. Menuai mimpi mengukir hati. Di sini, cintaku makin terpatri

Thursday, October 21, 2010

Penasaran di Executive Lounge

Senin kemarin, berangkat lagi ke field, sempat mampir dulu di Executive lounge. Sendiri.
Sempat sarapan, trus senyum-senyum sendiri memperhatikan orang-orang di sekitar. Fenomena Executive Lounge di Bandara ini bagi saya menarik. Dan saya penasaran.

Saya berceloteh gak karuan di twitter pagi itu.


Sampe di situ saja. Terputus karena ketemu si Eko, anak Asset sebelah yang kayaknya setengah sotoy juga. Kemudian ngeributin masalah saham dan lain-lain yg akhirnya menurut saya membuang energi, karena yang diajak diskusi gak menguasai materi.

Tapi suatu saat, saya akan menguak misteri Executive Lounge yang bagi saya menarik itu. Hehehehe....

Wednesday, October 20, 2010

Lirik Lagu yang "Mengganjal"

Pernah mendengar lagu "Bintang 14 hari" yang dinyanyikan oleh Kangen Band? Apakah anda merasa bahwa itu liriknya normal?
Coba dengarkan lagi. Di awal lagu, liriknya kira-kira begini: "14 hari ku mencari dirimu untuk menanyakan dimanakah dirimu".
Masih merasa bahwa lirik itu biasa saja?

Menurut saya, lirik lagu itu terlalu penuh delusi, mengada-ada dan absurd. Apa gunanya mencari orang untuk bertanya di mana orang itu berada?

Ada lagi lirik lagu "Terkenang" dari kLA Project, yang potongan liriknya kurang lebih seperti ini: "Perasaan rindu membubung tinggi | Jatuh kepayang | Bertahun mencari tambatan diri | Ah …. , adakah engkau jawabnya".
Yang saya ingin kritisi di sini, apa artinya "Jatuh kepayang"? Apakah mereka mengira bahwa "kepayang" itu artinya cinta karena biasa ada idiom "mabuk kepayang"? Kita, harusnya berhati-hati dalam membuat lirik lagu. Jangan sampai asumsi kita tentang sesuatu menjadikan kita tidak berhati-hati.

Setahu saya, kepayang itu adalah sejenis buah yang memabukkan. Di hutan-hutan banyak terdapat pohon kepayang (atau kepahyang). Di daerah Sumatera, banyak desa atau kampung yang memakai nama Kepayang atau Kepahyang sebagai nama desa atau kampungnya.
Kalau kita lihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti dari kepayang adalah:

ke.pa.yang
[n] (1) pohon, bijinya memabukkan; Pangium edule; (2) biji kepayang

Dari definisi di atas, jelas, bahwa kepayang adalah sebuah pohon yang bijinya memabukkan. Di saat seseorang jatuh cinta, seseorang seolah-olah tidak sadar, seperti orang yang mabuk. Tidak bisa berpikir logis. Di saat itulah orang Melayu mengibaratkan seseorang yang sedang jatuh cinta itu sebagai orang yang mabuk kepayang.

Tuesday, October 12, 2010

Bagaimana kalau...? #random

Bagaimana kalau Foke terkena macet?

Bagaimana kalau PSSI direvolusi, dan Nurdin dilengserkan berserta kroni-kroninya?

Bagaimana kalau pengurus PSSI tetap seperti sekarang, tapi ternyata Timnas bisa Juara Asia?
*mimpi kali*

Bagaimana kalau banjir bandang Wasior terjadi pada saat Menhut bertandang ke sana?

Bagaimana kalau di tiap Kantor Pajak dibangun patung Gayus menangis?

Bagaimana kalau TVO*e terus menyiarkan persidangan Gayus?

Bagaimana kalau anggota DPR studi banding ke neraka? *biar tau hukuman kalo korupsi*

Bagaimana kalau penarikan Indomie di Taiwan dilakukan karena perang dagang? *mau bikin Taimie kali*

Bagaimana kalau tahun 2014 Jakarta benar-benar matot (macet total)?

Bagaimana kalau Foke kita suruh tinggal di rumah yang kebanjiran barang sehari saja?


Bagaimana kalau Anggodo jadi Ketua KPK saja?

Waktu

Tak terarah
Ketika kulabuh mimpiku di tepi danau keruh
dan daun-daun jatuh

Imaji
Ketika kunampak mimpi-mimpi itu lagi
dan aku berlari

Tersungkur
dan kulepas anak panahku melesat
dan cita-cita pun hampir tersesat

Bangkit
dan mimpi itu terus melejit
tetap berlari walau kaki sakit

Senyum
Bunga-bunga bermekaran harum
Kupetik sekuntum

Tak terasa dulu, kini, nanti
Kita bermimpi, mencoba, tersungkur, bangkit, senyum, sepi
Semua bukan imaji, semua tidak semu, pasti
Torehkan sejarah hidup dengan hati

Mencoba, masa depan dan perhatian
Kesempatan dan penantian
Telah digariskan, TUHAN

Wednesday, October 6, 2010

Ketika Hujan

Hujan ini bukan mata air langit. Hujan ini aliran emosi malam. Meluruh, menghias Kelam. Aku terdiam diantara sinar dan bayang.

Hujan ini bukan airmata dewa. Hujan ini kumpulan senandung burung. Terhimpun, turun mengalun. Aku tertegun di antara awan dan gunung.

Hujan ini bukan jelaga neraka. Hujan ini getah tumbuhan surga. Tercurah, tanah membasah. Aku terperangah, terengah-engah.

Hujan ini bukan untukmu, bukan untukku. Hujan ini karenamu, karenaku. Hujan ini untuk kau tahu. Lagu yg tak selalu merdu.

Dan ketika guntur menyambar-nyambar, utk kau sadar. Bahwa kita terlahir suka, bukan duka. Duka hanya mendung yg tak jadi hujan.

Dan ketika hujan mereda, untuk kau rasa. Bahwa angin menyapu hujan, menyapa alam. Alam adalah kita bersandiwara.

Lalu hujan itu, aku & kamu, mendung & alam. Setidaknya kita tahu. Hujan tak untuk ditafsir duka. Hujan utk menari di bawahnya. Cinta.


ADG
Blog: http://8200psig.blogspot.com/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Monday, October 4, 2010

Diskusi dan Komunikasi dengan Bahasa Hati

Hidup di Indonesia, rasanya kita hidup di antara kaidah-kaidah dan norma yang berlaku yang biasanya kita sebut dengan adat ke-timur-an. Bahasa dan kata yang disusun rapi (tidak frontal/straightforward), penolakan dengan halus, intonasi yang diatur sedemikian rupa, hingga pengucapan nama dan panggilan terhadap seseorang bahkan diri kita sendiri pun sangat memperhitungkan sisi kepantasan dan kepatutan. Hal-hal tersebut turut memperkaya karakter bangsa.

Memang, tidak semua suku di Indonesia memiliki kaidah-kaidah yang sangat halus tersebut. Di Sumatera dan Sulawesi misalnya, banyak suku yang kata-katanya lantang dan tidak suka menyimpan perasaan.

Saya kutip dari twit Bpk Komaruddin Hidayat (@komar_hidayat) yang mengutip juga dari pendapat budayawan Remy Silado, bahwa orang Indonesia sepertinya memang lebih mengedepankan masalah rasa (hati) ketimbang logika (rasio). Ada banyak contoh kata bahasa Inggris yang apabila di-Indonesia-kan terjemahannya dikaitkan dengan hati.
Beberapa contoh:
  • unwillingly = setengah hati
  • glad = besar hati
  • annoyed = sakit hati
  • haughty = tinggi hati
  • humble = rendah hati

Saturday, October 2, 2010

Akhir September, Awal Oktober

Pagi ini, sejak semalam
berita getir

Mengunyah malam dengan amarah, lalu berdarah
menusuk manusia dengan tajam congkaknya, terbalas hangus sujudnya

Sementara negara masih ternganga
sejak hari ini dan seminggu berlalu
laskar liar beraksi di utara negeri, hingga evakuasi

Merampas uang menebar ketakutan
lalu mengucap nama Tuhan

Lalu berperang untuk keadilan jalanan
hingga darah menumpah
di kamar keadilan, dan halamannya

Ular besi berkhianat pada tuannya
manusia terkapar karenanya

Indonesia, hari ini tak kupakai batikmu
aku malu, maafkan aku

Wednesday, September 29, 2010

Di hati Orang Malaysia tetap ada Indonesia

Malaysia. Itulah nama negara tetangga kita itu. Nama yang kalau kita dengar akhir-akhir ini sering membuat telinga kita gatal, bahkan hati kita panas. Nama yang tidak pernah bisa membuat kita tidak berkomentar. Negara ini juga yang menjadi tujuan distribusi dan penjualan musik-musik kita. Negara yang menjadi tempat mencari nafkah saudara-saudara kita. Negara yang menjadi tujuan sekolah mahasiswa-mahasiswa kita. Negara tujuan wisata sebagian rakyat kita. Negara tempat berobat beberapa pasien rumah sakit kita. Negara yang mengklaim budaya kita. Negara yang berusaha mencuri kekayaan alam kita.

Malaysia, dengan mayoritas penduduk berbahasa Melayu sebenarnya merasa sangat dekat dengan Indonesia. Konon, sebelum kemerdekaan, sebagian besar mereka menginginkan negara Nusantara, yang terdiri dari wilayah NKRI sekarang dan wilayah Malaysia saat ini. Mereka menginginkan untuk ikut bergabung dengan Indonesia. Namun, karena kolonisasi oleh dua negara berbeda, dan pada waktu Jepang menyerah kepada sekutu, sedangkan Jepang menjajah Indonesia, maka setelah penyerahan tanpa syarat Jepang terhadap sekutu, Indonesia telah terlebih dahulu memproklamirkan kemerdekaan. Maka jadilah Indonesia yang sekarang ini (tentu saja pada waktu itu masih minus Timor Leste dan Papua Barat) dengan Malaysia masih di bawah koloni Inggris.

Paguyuban dan Partai-partai mereka pada tahun 1940an ternyata memakai bendera Merah Putih sebagai panji mereka, dan mereka mengakui warna itu sebagai peninggalan Majapahit. Artikel tentang Sejarah dan Bendera Malaysia ini dimuat dalam edisi elektronik dari harian New Strait Times tanggal 25 September 2010. http://www.nst.com.my/nst/articles/Heritage_Flagofanation__8217_sstory/Article/

Friday, September 24, 2010

Tertib dikit wooi..! Buat kita-kita juga..!

Pagi ini, seperti biasa, berangkat pagi dari rumah bareng istri, nganter ke kantornya trus langsung bablas ke airport Soekarno-Hatta. Seperti biasa, menuju field utk regular schedule. Seperti biasa, setiap 24 hari sekali ke lapangan. Yg membuat tidak biasa, ini adalah schedule pertama setelah Lebaran tahun ini. Yg membuat tak biasa, kemarin di rumah lbh dr 2 minggu krn cuti dilanjut off. Nah, di jalan hingga sampe di Bandara SMB II Palembang, ketemu hal-hal yg biasa yg sebenarnya tidak perlu dibiasakan. Hal-hal ironis. Again, ini tentang moral & kebiasaan kampungan manusia-manusia yg harus disadarkan.
Keluar kompleks, masih Cibubur, macet, biasaa.... Bertemu mobil-mobil dengan pengemudi yg... hmmm... "sangat menghargai waktu". Dengan mencoba potong sana potong sini. Well, bukan hal yg unik. Msh bisa dihadapi krn ini kejadian sehari-hari. Tidak perlu dibahas.

Masuk tol, biasa, tidak ada yg unik. Eh, begitu lewat satu spot yg ternyata jembatan, lewat dr pintu tol taman mini, terlihat tumpukan sampah yg stuck di jembatan itu, karena tertahan. Arus yg mengalir ke arah seberangnya mengakibatkan sampah yg terapung di kali itu menumpuk & bisa membuat kali buntu. Kemudian saya berpikir, org Jakarta ini sudah berpuluh-puluh kali terkena wabah banjir karena aliran kali & gorong-gorong mampet, tp msh juga buang sampah sembarangan. Bingung. Rasanya, hewan saja kalo sudah tahu letak lubang di jalan, pd waktu lain melalui jalan itu dia akan menghindarinya. Kok manusia yg begini gak sadar-sadar ya..?

Tiba di bandara, biasa. Kali ini pintu masuk tertib. Setelah check in & bayar airport tax, menuju ruang tunggu keberangkatan.

Thursday, September 23, 2010

Smart user vs Smartphone

Kemarin baru terima broadcast dari beberapa teman, yg isinya cuma deretan angka. Pertama saya kira itu hanya salah kirim nomor kontak, eh.. ternyata ada lg. Setelah itu jd penasaran, ternyata beberapa teman jg mengeluhkan hal yg sama. Intinya, risih dengan kiriman yg gak jelas seperti itu.

Setelah diselidiki (hehehe, "diselidiki"), ternyata konon katanya deretan angka tersebut kalo di-broadcast ke minimal 10 kontak di BBM, akan membuat BB kita tambah kuencenggg...

Hmmm, capede... Tololologi apalagi nih? Tahayul teknolologi? Kok org bisa percaya yg gituan ya? Padahal secara logis gak masuk akal. Sama juga dengan berita yg bilang kalo broadcast some certain message ini ke semua kontak BBM bisa terhindar dari bahaya laten hang-nya BB, hilangnya kontak BBM dll dll. Come on guys, be smart. You own a smartphone (ups, maybe not only one, you own smartphones), so I suppose that you're smart enough to take in that hoax.

Percayalah, ada banyak sekali hoax di luar sana yg bisa membuat kita menjadi tampak tolol kalo percaya. Kita mestinya menambahkan doa setelah shalat kita dengan: "Aku berlindung dari hoax-hoax yg bisa membuatku tampak bodoh, yg bisa menurunkan image, yg bisa mengubah jalan pikiran. Lindungilah kami dari fitnah-fitnah yg absurd & iseng yg membuat teman-teman kami mempercayainya".

Sekali lagi, mungkin saya sarankan utk banyak-banyak minum tolak angin, supaya pintar & usahakan jangan langsung broadcast berita-berita & sesuatu yg agak asing & lucu, kecuali itu sudah merupakan pilihan akhir.

ADG
Blog: http://8200psig.blogspot.com/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuesday, September 21, 2010

Optimis, Pesimis dan Realistis

Beberapa waktu lalu, seorang teman "menolak" ajakan saya untuk optimis, namun juga menolak untuk dikatakan pesimis. Dia bilang dia realistis: "pesimis dan realistis itu beda-beda tipis, seperti kumis dan kelimis", katanya.  Sebenarnya itu terjadi setelah saya memposting sebuah tulisan dari GNFI, tulisan yang optimis, tentang optimisme peningkatan ekonomi Indonesia, yang menulis adalah seorang pengamat dari Negeri kangguru. Sang teman bilang: "tulisan dan pembahasannya terlalu banyak 'if', dan masih terlalu jauh untuk diaplikasikan". Lalu dia menambahkan: "Stop dreaming and work harder". Hmmm... kalimat yang terakhir ini saja yang saya balas beri komentar: "Stop dreaming and work harder, sounds like a total mess to me. Keep dreaming and work harder, that's what we do to be better!". 

Here we go, let's start a discussion.

Albert Einstein pernah berkata, bahwa imajinasi itu lebih berharga dari sekedar ilmu pasti. Kenapa? Karena dari bermimpi, rasa penasaran dan keingintahuan itulah timbul pertanyaan, yang menggiring kita untuk berkarya. Berkarya, membutuhkan optimisme, agar kita bisa leluasa bergerak dengan semangat yang timbul dari optimisme itu. Tapi bagaimana kalau kita merasa apa-apa yang kita miliki tidak cukup untuk menghasilkan karya dan pencapaian yang lebih? Bukankah itu realistis apabila media yang saya miliki, lingkungan yang saya diami, tools yang kita pakai dan pengetahuan kita tidak "sampai" ke sana? Bukan pesimis kan? Mari kita telaah sedikit.

Berpikir itu Indah

Kadang kita menilai seseorang “kurang berpikir” dikarenakan tindakan yang dilakukannya salah atau dinilai salah oleh masyarakat umum. Kadang juga permasalahan berpikir ini menjadi lebih rumit lagi manakala seseorang yg harus bertindak sesegera mungkin dituntut untuk berpikir secara cepat untuk mengatasi suatu masalah, padahal dia sendiri tidak memiliki pengetahuan yang cukup terhadap masalah yang dihadapinya, bahkan mungkin dia sendiri tidak tahu apa yg sebenarnya terjadi.
Akal pikiran sebenarnya diciptakan Tuhan sebagai software untuk manusia bertindak. Bertindak dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang bisa mengubah suatu keadaan atau membuat sesuatu. Inspirasi dan kreativitas juga timbul akibat pikiran yang diolah dan dikombinasikan dengan perasaan dan selera. Tentunya banyak hal lain yang  mempengaruhi inspirasi dan kreatifitas manusia, seperti lingkungan, budaya, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan dan tentunya wawasan. Mengapa wawasan? Karena wawasan inilah yg penting bagi kita untuk berkembang. Seseorang yang tidak pernah meninggalkan tanah kelahirannya dan hanya mengenal orang-orang itu saja tanpa pernah bersinggungan dengan dunia luar, akan merasa bahwa dunianya adalah dunia terindah dan terbaik yang dimilikinya. Apalagi ada doktrin yang diterima sepanjang hidupnya, dan keterbatasan - atau malah dibatasinya – sumber informasi yang diterimanya. Saya pernah menonton film dokumenter tentang masyarakat Korea Utara yang geraknya dibatasi oleh Pemerintahnya, dan doktrin tentang kehebatan dan kebaikan dari Kim Jong Il, Sang Jenderal besar pemimpin mereka selalu didengung-dengungkan oleh media dan agen pemerintah. Hukuman yang diberikan untuk yang melanggar aturan sangat kejam dan mengerikan. Akhirnya, masyarakatnya yang cara berpikirnya terus dilemahkan, dengan arus informasi yang sangat dibatasi, akhirnya akan tercuci otaknya dan menganggap semua yang dikatakan dalam doktrin itu adalah benar. Akhirnya, tidak ada lagi batasan antara ketakutan dan kesadaran dalam perkataan dan perbuatan. Seiring terusnya generasi tumbuh, masyarakat Korea Utara telah terprogram untuk selalu memberikan puja dan puji untuk Jenderal Besarnya, entah apakah itu atas dasar kesadaran atau keterpaksaan. Alam pikiran sudah tidak bisa lagi membedakan. Hanya beberapa gelintir orang yang melawan doktrin tersebut, dengan menerima informasi dari luar ataupun berusaha mengembangkan pikiran mereka sendiri yang akhirnya memberontak dan mencari suaka ke Korea Selatan ataupun negara-negara lain. Tapi akibat yang diterima oleh keluarga orang-orang yang membelot tersebut sudah pasti sangat keras dan mengerikan. Kalau tidak dibunuh, mereka dimasukkan ke suatu penjara khusus untuk para pembelot, dan di sana diperlakukan seperti budak.
***
Rene Descartes (1596-1650), seorang ahli matematika, fisika dan filsuf asal Prancis menegaskan bahwa