#IndonesiaTanpaJIL

BlogTag

BlogTag
Verba volant, scripta manent - Words fly, written stays

Wednesday, October 20, 2010

Lirik Lagu yang "Mengganjal"

Pernah mendengar lagu "Bintang 14 hari" yang dinyanyikan oleh Kangen Band? Apakah anda merasa bahwa itu liriknya normal?
Coba dengarkan lagi. Di awal lagu, liriknya kira-kira begini: "14 hari ku mencari dirimu untuk menanyakan dimanakah dirimu".
Masih merasa bahwa lirik itu biasa saja?

Menurut saya, lirik lagu itu terlalu penuh delusi, mengada-ada dan absurd. Apa gunanya mencari orang untuk bertanya di mana orang itu berada?

Ada lagi lirik lagu "Terkenang" dari kLA Project, yang potongan liriknya kurang lebih seperti ini: "Perasaan rindu membubung tinggi | Jatuh kepayang | Bertahun mencari tambatan diri | Ah …. , adakah engkau jawabnya".
Yang saya ingin kritisi di sini, apa artinya "Jatuh kepayang"? Apakah mereka mengira bahwa "kepayang" itu artinya cinta karena biasa ada idiom "mabuk kepayang"? Kita, harusnya berhati-hati dalam membuat lirik lagu. Jangan sampai asumsi kita tentang sesuatu menjadikan kita tidak berhati-hati.

Setahu saya, kepayang itu adalah sejenis buah yang memabukkan. Di hutan-hutan banyak terdapat pohon kepayang (atau kepahyang). Di daerah Sumatera, banyak desa atau kampung yang memakai nama Kepayang atau Kepahyang sebagai nama desa atau kampungnya.
Kalau kita lihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti dari kepayang adalah:

ke.pa.yang
[n] (1) pohon, bijinya memabukkan; Pangium edule; (2) biji kepayang

Dari definisi di atas, jelas, bahwa kepayang adalah sebuah pohon yang bijinya memabukkan. Di saat seseorang jatuh cinta, seseorang seolah-olah tidak sadar, seperti orang yang mabuk. Tidak bisa berpikir logis. Di saat itulah orang Melayu mengibaratkan seseorang yang sedang jatuh cinta itu sebagai orang yang mabuk kepayang.

Untuk jelasnya, saya copy secara lengkap penjelasan yang saya dapatkan dari Wikipedia. Agar sumbernya jelas:

Kepayang, kluwek, keluwek, keluak, atau kluak (Pangium edule Reinw. ex Blume; suku Achariaceae, dulu dimasukkan dalam Flacourtiaceae) adalah tumbuhan berbentuk pohon yang tumbuh liar atau setengah liar. Orang Sunda menyebutnya picung atau pucung (begitu pula sebagian orang Jawa Tengah) dan di Toraja disebut panarassan.
Biji keluwek dipakai sebagai bumbu dapur masakan Indonesia yang memberi warna hitam pada rawon, daging bumbu kluwek, brongkos, serta sup konro. Bijinya, yang memiliki salut biji yang bisa dimakan, bila mentah sangat beracun karena mengandung asam sianida dalam konsentrasi tinggi. Bila dimakan dalam jumlah tertentu menyebabkan pusing (mabuk).
Racun pada biji ini dapat dipakai sebagai racun untuk mata panah. Biji ini aman diolah untuk makanan bila telah direbus dan direndam terlebih dahulu.
Kayu tanaman ini juga bernilai ekonomi, dengan berat jenis 450-1000kg.m-3.
Ungkapan "mabuk kepayang" dalam bahasa Melayu maupun bahasa Indonesia digunakan untuk menggambarkan keadaan seseorang yang sedang jatuh cinta sehingga tidak mampu berpikir secara logis.

*sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kepayang

Nah, saya kira jelas sekali makna dari "Mabuk Kepayang" dan "Kepayang" itu sendiri. Apakah "Jatuh kepayang" bisa disamakan artinya dengan "Jatuh Cinta"? Think again.

************

Secara pribadi (dan ini pendapat saya pribadi), saya menyenangi sebuah lagu itu secara keseluruhan, secara utuh. Mulai dari nadanya, harmoni, suara orang yang menyanyikan, lirik lagu, video clip, performance penyanyinya, semuanya. Apabila ada satu saja yang mengganjal, kemungkinan besar saya tidak akan menyenangi lagu tersebut. Mungkin berbeda dengan orang-orang lain.

Sebagai contoh misalnya, sebuah band menyanyikan sebuah lagu religi. Liriknya bagus, suaranya bagus, musikalitasnya bagus, tapi.... penyanyinya pria, menyanyikan lagu religi dengan memakai anting-anting. Hmmm.... bagi saya, maaf. Lagu tersebut tidak hanya cacat secara kultur, tapi juga bukan suatu dakwah yang baik.

Sebuah lagu - lagi-lagi menurut saya - merupakan suatu sarana memacu hati dan mempengaruhi emosi seseorang. Seseorang bisa senang, sedih, tertawa, menangis, tersenyum, marah, tersadar, insaf, melamun dll ketika mendengar sebuah lagu. Namun, saya bahkan juga bisa jadi bingung apabila mendengar lagu yang liriknya tidak berarti atau liriknya terkesan aneh dan penuh delusi. Emosi tersebut juga bisa dipengaruhi oleh suara si penyanyi, performance, kharisma dan kesan yang ditampilkan oleh si penyanyi itu sendiri.

Lagu, adalah cerminan suara hati, identitas emosi, narasi visi, deskripsi budaya, gambaran pergaulan, dan sarana penghibur yang pas di segala zaman. Memang kadang si penikmat tidak peduli dengan apa yang dituturkan dalam lagu. Namun, ibarat makanan, diracik dengan bumbu yang pas, higienis, dengan presentasi yang bagus di atas piring yang indah, dimakan di atas meja yang rapi dan suasana yang nyaman, bukankah bisa membuat si penikmat akan merasakan nikmat yang lebih dari sekedar makan biasa?
Bukankan suatu karya seni bisa lebih sempurna jika bukan hanya isinya, namun juga bungkusnya bagus dan menarik?

No comments:

Post a Comment