#IndonesiaTanpaJIL

BlogTag

BlogTag
Verba volant, scripta manent - Words fly, written stays

Friday, November 19, 2010

Pembelaan

Menyelami perasaan seseorang memang tidak mudah, dan kadang memang tidak ada gunanya. Tapi terkadang juga kita penasaran dengan apa yang menjadi isi kepala seseorang. Membuat kita menerka-nerka, apa yang diinginkan dari orang tersebut, apa tujuannya, apa yang melatarbelakangi dia melakukan sesuatu, melatarbelakangi dia mengatakan sesuatu, melakukan pembelaan terhadap sesuatu yang sudah jelas tidak perlu diterangkan dan dibela serta hal-hal lain yang membuat rasa keingintahuan kita tinggi.

Khusus mengenai pembelaan, saya memiliki pengalaman yang unik, yang mungkin tidak perlu diterangkan di sini. Tapi hal ini membuat saya berteori, dan muncullah hipotesis saya tentang pembelaan.

Sebelum membaca tulisan ini saya perlu mengingatkan bahwa apa yang saya tulis ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan salah satu atau beberapa profesi tertentu. Ini hanyalah tulisan berdasarkan pendapat saya yang saya anggap logis.

Seseorang yang membela sesuatu atau seseorang, dapat dilatarbelakangi oleh beberapa hal yang logis, di antaranya adalah:
  1. Dibayar. Hal ini sangat logis dan pasti banyak terjadi. Bisa menjadi profesi, bisa juga amatiran. Atau malah tidak sengaja dan diperalat. Tidak perlu dibahas, semua juga sudah mengerti.
  2. Simpati. Atau mungkin juga bisa dibilang kasihan. Seseorang yang bersimpati dengan orang lain, cenderung akan melakukan pembelaan terhadap orang lain yang menurutnya pantas untuk dibela, atau dikasihani. Pembelaan bisa dilakuakan terhadap penindasan, pelecehan, penganiayaan dan juga ejekan. Hal ini bisa juga dilatarbelakangi oleh lemahnya mental orang yang menjadi objek, ketidaktegasan, ataupun ketidakberdayaan. Orang yang easygoing tidak termasuk dalam orang yang pantas dibela, kecuali istilah easygoing itu salah alamat, atau salah diinterpretasikan. Sebenarnya objek tersebut tidak easygoing, tetapi lemah secara posisi, dan tidak tegas dalam bertindak.
  3. Status. Karena status, biasanya orang berusaha untuk melindungi objek untuk dibela. Biasanya status ini karena pernikahan atau memang hubungan darah. Bisa juga antara atasan-bawahan. Pembelaan seperti ini biasanya tulus, namun tidak jarang juga timbul karena terpaksa. Bisa juga dilakukan untuk menjaga image, menjaga rahasia pribadi, keluarga, perusahaan dll, bahkan untuk menutupi borok atau aib dalam suatu institusi.
  4. Satire/sinisme. Pembelaan seperti ini tujuan sampingnya adalah menyindir objek yang dibela. Secara sadar atau tidak sadar, objek yang dibela akan merasa tersindir dan lama kelamaan menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh orang yang membelanya ini adalah berlawanan dengan tujuannya. Biasanya pembelaan seperti ini akan berakhir dengan kesadaran dari objek yang dibela atas kekeliruannya.
  5. Iseng. Ada istilah: "iseng-iseng berhadiah". Idiom ini sebenarnya adalah bentuk iseng dari nasehat: "kita patut untuk mencoba". Apabila berhasil, kita mendapat reward, namun apabila gagal, kita tidak merugi apa-apa.
  6. Cari perhatian. Alasan yang terakhir ini sangat logis.  Cari perhatian bisa dengan tujuan akhir agar dia dikenal, namun bisa juga memang sang subjek pembela memang sedang haus perhatian. :) Mungkin memang orang tersebut sedang menginginkan perhatian lebih karena di rumah kurang diperhatikan, atau secara sosial subjek ini seperti terkucilkan dan hanya masuk dalam grup 'kelompencapir' (kelompok pendengar, pembaca dan pemirsa). Biasanya yang seperti ini hidupnya sangat text book, mengutamakan sesuatu yang sangat sesuai regulasi tanpa menyadari bahwa dunia ini penuh flexibility. Hingga pada akhirnya, kekakuan ini akan membuat dirinya susah sendiri. Padahal, dalam bersosialisasi, flexibility sangat dibutuhkan, asalkan tidak melanggar norma-norma hukum dan agama.
Pembelaan adalah hal yang lumrah dilakukan, dan merupakan fitrah manusia. Pembelaan akan aneh untuk dilakukan, jika dilakukan secara membabi buta, dan menerangkan sesuatu menurut asumsi, sementara objek yang dibela belum tentu mengatakan hal seperti dalam pembelaan sang pembela. Akan aneh juga, bila sang pembela langsung panjang berbicara seolah-olah telah menjadi juru bicara dari objek yang dibela.

Anyway, mungkin tidak ada gunanya tulisan ini diteruskan, karena cenderung sangat subjektif dan agak sarkastis. Tapi percayalah, saya berusaha menulis ini dengan seobjektif-objektifnya, hanya agar bisa sedikit berteori tentang pembelaan. Just a different dark/light of the color blue. :))

No comments:

Post a Comment