Pagi ini, seperti biasa, berangkat pagi dari rumah bareng istri, nganter ke kantornya trus langsung bablas ke airport Soekarno-Hatta. Seperti biasa, menuju field utk regular schedule. Seperti biasa, setiap 24 hari sekali ke lapangan. Yg membuat tidak biasa, ini adalah schedule pertama setelah Lebaran tahun ini. Yg membuat tak biasa, kemarin di rumah lbh dr 2 minggu krn cuti dilanjut off. Nah, di jalan hingga sampe di Bandara SMB II Palembang, ketemu hal-hal yg biasa yg sebenarnya tidak perlu dibiasakan. Hal-hal ironis. Again, ini tentang moral & kebiasaan kampungan manusia-manusia yg harus disadarkan.
Keluar kompleks, masih Cibubur, macet, biasaa.... Bertemu mobil-mobil dengan pengemudi yg... hmmm... "sangat menghargai waktu". Dengan mencoba potong sana potong sini. Well, bukan hal yg unik. Msh bisa dihadapi krn ini kejadian sehari-hari. Tidak perlu dibahas.
Masuk tol, biasa, tidak ada yg unik. Eh, begitu lewat satu spot yg ternyata jembatan, lewat dr pintu tol taman mini, terlihat tumpukan sampah yg stuck di jembatan itu, karena tertahan. Arus yg mengalir ke arah seberangnya mengakibatkan sampah yg terapung di kali itu menumpuk & bisa membuat kali buntu. Kemudian saya berpikir, org Jakarta ini sudah berpuluh-puluh kali terkena wabah banjir karena aliran kali & gorong-gorong mampet, tp msh juga buang sampah sembarangan. Bingung. Rasanya, hewan saja kalo sudah tahu letak lubang di jalan, pd waktu lain melalui jalan itu dia akan menghindarinya. Kok manusia yg begini gak sadar-sadar ya..?
Tiba di bandara, biasa. Kali ini pintu masuk tertib. Setelah check in & bayar airport tax, menuju ruang tunggu keberangkatan.
Di selasar ruang tunggu keberangkatan, berdiri banner dengan jelas terpampang bertuliskan sebuah larangan dalam 2 bahasa: NO SMOKING / DILARANG MEROKOK. Tetapi pemandangan yg terjadi si sekitar banner tersebut cukup menggelikan. Asap rokok membubung, beberapa org tanpa malu terlihat merokok. Dari tampang mereka bisa dinilai, bahwa mereka sebenarnya tidak buta huruf, & mata mereka masih awas untuk membaca tulisan sebesar itu di sekitar mereka. Tapi begitulah, mereka tanpa malu menggadaikan harga diri hanya karena "Tuhan 9 centi" (meminjam istilah Pak Taufiq Ismail). Padahal, kira-kira 20 meter dari tempat mereka duduk disediakan ruangan tempat orang-orang merokok. Hmm... Gak tau hrs ngomong apa. Saya coba bilang sama petugas bandara, jawaban mereka: "sebenarnya ada petugas khususnya yg tugasnya memperingatkan mereka Pak". Yeah right....
Masuk pesawat.... Setelah pintu pesawat ditutup, masih banyak jg yg handphone-nya masih menyala. Padahal ssudah beberapa kali diulang & dalam 2 bahasa juga. Jelas terdengar, bahwa HP tidak boleh dinyalakan setelah di dalam pesawat. Hmmm, kalo tidak pernah memikirkan keselamatan, memang begitulah mental org. Tidak peduli keselamatan diri sendiri, apalagi org lain. Bagaimana apabila terjadi sesuatu yg tidak diinginkan, apakah dia sanggup meminta maaf pada ratusan keluarga para penumpang pesawat???
Akhirnya tiba dengan selamat di SMB II Palembang. Biasa, rebutan keluar pesawat, rebutan ngambil bagasi kabin, rebutan ngambil barang bagasi. Hmmm, 24 hari lagi, saya akan kembali menghadapi hal yg sama....
ADG
Blog: http://8200psig.blogspot.com/
Powered by Telkomsel BlackBerry®
No comments:
Post a Comment