Tidak jelas apa tujuan akhir dari gugatan David Tobing ini, inilah kutipan dari pendapat beliau: "Ada fakta penggunaan Lambang Negara tersebut tidak berdasar dan melanggar Undang-Undang tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan". Lalu beliau pun menggugat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Mendiknas, Menpora, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan PT Nike Indonesia, terkait penggunaan lambang negara Garuda dalam kostum tim sepak bola nasional (http://www.antaranews.com/berita/1292329080/david-tobing-gugat-kostum-timnas-indonesia).
***
Menurut saya, gugatan itu adalah gugatan yang tidak perlu, terlalu berlebihan dan terkesan (maaf) mencari popularitas.
Sejak tahun 1956 di Olimpiade Melbourne, Lambang Garuda itu selalu melekat di dada para pemain Timnas, bahkan pernah berukuran besar dan terletak di bagian tengah bagian depan seragam merah Timnas Indonesia. Sampai beberapa hari yang lalu, tidak seorang pun mempermasalahkan hal tersebut, bahkan kelompok-kelompok supporter membuat yel-yel penyemangat Tim Nasional pada saat bertanding di stadion dengan Nyanyian: "Garuda di dadaku"
Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku
Ku yakin hari ini pasti menang
Kobarkan semangatmu, tunjukkan sportifitasmu
Ku yakin hari ini pasti menang.
Menyanyikan yel di atas di dalam Stadion bersama-sama puluhan ribu pendukung Timnas merupakan satu hal yang bisa menambah kecintaan kita terhadap Bangsa dan Negara. Dan hal ini membuat saya berpikir, bahwa David Tobing ini mungkin tidak pernah merasakan atmosfer itu.
Terus terang, dalam menonton sepakbola, salah satu lokasi yang paling enak adalah di rumah. Di atas sofa yang empuk, di samping istri yang menemani, sambil menyeruput kopi atau bandrek, dengan temperatur ruangan yang sejuk karena AC. Menonton melalui televisi, ada tayang ulang untuk kejadian-kejadian yang menarik, kemudian tidak perlu pulang dalam kemacetan dan keramaian dengan resiko dompet dicopet.
Atau mungkin menonton di rumah atau di Cafe bersama teman-teman sambil bersorak sorai sambil meminum susu soda atau jus buah yang segar. Tetap melalui televisi.
Namun demikian, saya masih lebih memilih untuk menonton di Stadion langsung, untuk memberikan dukungan moral, suara, tenaga bagi TIm Nasional sepakbola kita dan menyanyikan lagu "Garuda di Dadaku" dengan berapi-api.
Lambang Garuda Pancasila yang tersemat di dada para pemain TimNas tersebut, menurut saya bukanlah suatu pelecehan, akan tetapi suatu kehormatan dan pengingat bahwa mereka berjuang di bawah panji-panji negara, dan mereka akan mencium lambang garuda itu pada saat merayakan gol, merayakan kemenangan.
Mungkin lambang negara itu akan menjadi kotor ketika terkena tanah, basah terkena air hujan, keringat dan air mata, akan menjadi ternoda darah ketika pemain terluka, bahkan mungkin akan sobek apabila kaos tersebut tertarik pemain lawan. Akan tetapi, Lambang negara itu tetap utuh di hati 11 pemain di lapangan dan puluhan ribu supporter di stadion, bahkan jutaan rakyat Indonesia. Lambang negara itu akan dicium oleh pemain pada saat merayakan kemenangan, dan momen itu akan menjadi momen yang membanggakan.
***
Apabila rekan-rekan memiliki Kaos seragam Timnas Original produksi Nike yang terbaru, cobalah tengok di balik lambang Garuda di dada kiri Kaos tersebut. Ya, di bagian dalam, dan tak terlihat dari luar. Di situ tercetak tulisan: "Bhinneka Tunggal Ika". Apa tujuannya dicetak semboyan itu di bagian dalam Seragam TimNas yang notabene tidak akan terlihat dari luar?
Anda boleh sebut saya berlebihan dalam menafsirkan hal ini, tetapi seperti yang pernah saya twit di akun twitter saya, bahwa saya meyakini hal ini sebagai sesuatu yang bermakna. Yang pasti, tulisan itu memang sengaja dicetak, hal yang mustahil kalau itu hanyalah perbuatan yang tidak disengaja. Lantas apa tujuannya?
Menurut saya, hal ini pantas dimaknai secara berbeda dan dengan hati. Seperti kita sama-sama ketahui, Bhinneka Tunggal Ika berarti "Berbeda-beda tetapi tetap satu juga". Tulisan ini tidak terlihat, tetapi ada di dada kiri Kaos Timnas kita. Walaupun tidak terbaca, tetapi tulisan itu ada di sana. Tulisan ini, mewakili jiwa dan semangat para pemain yang walaupun berasal dari klub yang berbeda-beda, dari daerah yang berbeda-beda, dari asal-usul yang berbeda-beda, dari bahasa daerah yang berbeda-beda, tetapi setelah dibalut oleh Kaos tersebut, akan membela harga diri Bangsa yang sama, menginginkan pencapaian yang sama, dengan tujuan yang sama: memenangkan pertandingan dan mengangkat harga diri Bangsa. Bagi bangsa dan rakyat Indonesia, makna filosofisnya adalah kita tidak perlu banyak bicara, untuk negara, rasa persatuan ada di dada, walaupun berbeda, yang kita dukung hanya satu: Indonesia.
***
Akan menjadi suatu pelecehan terhadap lambang negara, jika lambang negara tersebut ditempel di Plat Nomor kendaraan seseorang, dan kendaraan itu dengan seenak hatinya menyerobot jalan, memaksa pengendara lain untuk minggir dan memberi jalan, bahkan melanggar peraturan lalu lintas.
Akan menjadi suatu pelecehan terhadap lambang negara, jika lambang negara tersebut ditaruh di kantor, namun kantor tersebut adalah sarang korupsi.
Akan menjadi suatu pelecehan terhadap lambang negara, jika lambang negara tersebut diperjualbelikan dengan seenak hatinya, dengan tujuan untuk mendapatkan keistimewaan apabila mengenakannya.
Lambang Garuda Pancasila adalah lambang kebanggaan kita. Bukanlah suatu pelecehan jika diletakkan di dada kiri atlet yang berjuang atas nama Bangsa. Bukanlah suatu penghinaan jika dinyanyikan dengan penuh semangat untuk memompa semangat pejuang-pejuang negara.
Saya yakin, jika lambang Negara itu dapat berbicara, dia ingin terus bertengger di dada para pemain Tim Nasional, membawa semangat tinggi ke angkasa. Melambungkan prestasi anak Bangsa. Membawa harum Indonesia ke kasta yang lebih terhormat. Dan dia akan ikut berbangga dengan prestasi yang ditorehkan bersama-sama di lapangan hijau.
Terbanglah tinggi Garudaku...!
(Silakan baca juga tulisan Bambang Pamungkas: "Jangan renggut lambang garuda itu dari kami": http://bambangpamungkas20.com/bepe/?p=423)
No comments:
Post a Comment