Malaysia. Itulah nama negara tetangga kita itu. Nama yang kalau kita dengar akhir-akhir ini sering membuat telinga kita gatal, bahkan hati kita panas. Nama yang tidak pernah bisa membuat kita tidak berkomentar. Negara ini juga yang menjadi tujuan distribusi dan penjualan musik-musik kita. Negara yang menjadi tempat mencari nafkah saudara-saudara kita. Negara yang menjadi tujuan sekolah mahasiswa-mahasiswa kita. Negara tujuan wisata sebagian rakyat kita. Negara tempat berobat beberapa pasien rumah sakit kita. Negara yang mengklaim budaya kita. Negara yang berusaha mencuri kekayaan alam kita.
Malaysia, dengan mayoritas penduduk berbahasa Melayu sebenarnya merasa sangat dekat dengan Indonesia. Konon, sebelum kemerdekaan, sebagian besar mereka menginginkan negara Nusantara, yang terdiri dari wilayah NKRI sekarang dan wilayah Malaysia saat ini. Mereka menginginkan untuk ikut bergabung dengan Indonesia. Namun, karena kolonisasi oleh dua negara berbeda, dan pada waktu Jepang menyerah kepada sekutu, sedangkan Jepang menjajah Indonesia, maka setelah penyerahan tanpa syarat Jepang terhadap sekutu, Indonesia telah terlebih dahulu memproklamirkan kemerdekaan. Maka jadilah Indonesia yang sekarang ini (tentu saja pada waktu itu masih minus Timor Leste dan Papua Barat) dengan Malaysia masih di bawah koloni Inggris.
Paguyuban dan Partai-partai mereka pada tahun 1940an ternyata memakai bendera Merah Putih sebagai panji mereka, dan mereka mengakui warna itu sebagai peninggalan Majapahit. Artikel tentang Sejarah dan Bendera Malaysia ini dimuat dalam edisi elektronik dari harian New Strait Times tanggal 25 September 2010. http://www.nst.com.my/nst/articles/Heritage_Flagofanation__8217_sstory/Article/
Every eyes got their different impressions of the color blue. Different means, different senses. We're human, we think more, we value things, that's why we're different. --- "Then which favors of God will you deny?"
Wednesday, September 29, 2010
Friday, September 24, 2010
Tertib dikit wooi..! Buat kita-kita juga..!
Pagi ini, seperti biasa, berangkat pagi dari rumah bareng istri, nganter ke kantornya trus langsung bablas ke airport Soekarno-Hatta. Seperti biasa, menuju field utk regular schedule. Seperti biasa, setiap 24 hari sekali ke lapangan. Yg membuat tidak biasa, ini adalah schedule pertama setelah Lebaran tahun ini. Yg membuat tak biasa, kemarin di rumah lbh dr 2 minggu krn cuti dilanjut off. Nah, di jalan hingga sampe di Bandara SMB II Palembang, ketemu hal-hal yg biasa yg sebenarnya tidak perlu dibiasakan. Hal-hal ironis. Again, ini tentang moral & kebiasaan kampungan manusia-manusia yg harus disadarkan.
Keluar kompleks, masih Cibubur, macet, biasaa.... Bertemu mobil-mobil dengan pengemudi yg... hmmm... "sangat menghargai waktu". Dengan mencoba potong sana potong sini. Well, bukan hal yg unik. Msh bisa dihadapi krn ini kejadian sehari-hari. Tidak perlu dibahas.
Masuk tol, biasa, tidak ada yg unik. Eh, begitu lewat satu spot yg ternyata jembatan, lewat dr pintu tol taman mini, terlihat tumpukan sampah yg stuck di jembatan itu, karena tertahan. Arus yg mengalir ke arah seberangnya mengakibatkan sampah yg terapung di kali itu menumpuk & bisa membuat kali buntu. Kemudian saya berpikir, org Jakarta ini sudah berpuluh-puluh kali terkena wabah banjir karena aliran kali & gorong-gorong mampet, tp msh juga buang sampah sembarangan. Bingung. Rasanya, hewan saja kalo sudah tahu letak lubang di jalan, pd waktu lain melalui jalan itu dia akan menghindarinya. Kok manusia yg begini gak sadar-sadar ya..?
Tiba di bandara, biasa. Kali ini pintu masuk tertib. Setelah check in & bayar airport tax, menuju ruang tunggu keberangkatan.
Keluar kompleks, masih Cibubur, macet, biasaa.... Bertemu mobil-mobil dengan pengemudi yg... hmmm... "sangat menghargai waktu". Dengan mencoba potong sana potong sini. Well, bukan hal yg unik. Msh bisa dihadapi krn ini kejadian sehari-hari. Tidak perlu dibahas.
Masuk tol, biasa, tidak ada yg unik. Eh, begitu lewat satu spot yg ternyata jembatan, lewat dr pintu tol taman mini, terlihat tumpukan sampah yg stuck di jembatan itu, karena tertahan. Arus yg mengalir ke arah seberangnya mengakibatkan sampah yg terapung di kali itu menumpuk & bisa membuat kali buntu. Kemudian saya berpikir, org Jakarta ini sudah berpuluh-puluh kali terkena wabah banjir karena aliran kali & gorong-gorong mampet, tp msh juga buang sampah sembarangan. Bingung. Rasanya, hewan saja kalo sudah tahu letak lubang di jalan, pd waktu lain melalui jalan itu dia akan menghindarinya. Kok manusia yg begini gak sadar-sadar ya..?
Tiba di bandara, biasa. Kali ini pintu masuk tertib. Setelah check in & bayar airport tax, menuju ruang tunggu keberangkatan.
Thursday, September 23, 2010
Smart user vs Smartphone
Kemarin baru terima broadcast dari beberapa teman, yg isinya cuma deretan angka. Pertama saya kira itu hanya salah kirim nomor kontak, eh.. ternyata ada lg. Setelah itu jd penasaran, ternyata beberapa teman jg mengeluhkan hal yg sama. Intinya, risih dengan kiriman yg gak jelas seperti itu.
Setelah diselidiki (hehehe, "diselidiki"), ternyata konon katanya deretan angka tersebut kalo di-broadcast ke minimal 10 kontak di BBM, akan membuat BB kita tambah kuencenggg...
Hmmm, capede... Tololologi apalagi nih? Tahayul teknolologi? Kok org bisa percaya yg gituan ya? Padahal secara logis gak masuk akal. Sama juga dengan berita yg bilang kalo broadcast some certain message ini ke semua kontak BBM bisa terhindar dari bahaya laten hang-nya BB, hilangnya kontak BBM dll dll. Come on guys, be smart. You own a smartphone (ups, maybe not only one, you own smartphones), so I suppose that you're smart enough to take in that hoax.
Percayalah, ada banyak sekali hoax di luar sana yg bisa membuat kita menjadi tampak tolol kalo percaya. Kita mestinya menambahkan doa setelah shalat kita dengan: "Aku berlindung dari hoax-hoax yg bisa membuatku tampak bodoh, yg bisa menurunkan image, yg bisa mengubah jalan pikiran. Lindungilah kami dari fitnah-fitnah yg absurd & iseng yg membuat teman-teman kami mempercayainya".
Sekali lagi, mungkin saya sarankan utk banyak-banyak minum tolak angin, supaya pintar & usahakan jangan langsung broadcast berita-berita & sesuatu yg agak asing & lucu, kecuali itu sudah merupakan pilihan akhir.
ADG
Blog: http://8200psig.blogspot.com/
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Setelah diselidiki (hehehe, "diselidiki"), ternyata konon katanya deretan angka tersebut kalo di-broadcast ke minimal 10 kontak di BBM, akan membuat BB kita tambah kuencenggg...
Hmmm, capede... Tololologi apalagi nih? Tahayul teknolologi? Kok org bisa percaya yg gituan ya? Padahal secara logis gak masuk akal. Sama juga dengan berita yg bilang kalo broadcast some certain message ini ke semua kontak BBM bisa terhindar dari bahaya laten hang-nya BB, hilangnya kontak BBM dll dll. Come on guys, be smart. You own a smartphone (ups, maybe not only one, you own smartphones), so I suppose that you're smart enough to take in that hoax.
Percayalah, ada banyak sekali hoax di luar sana yg bisa membuat kita menjadi tampak tolol kalo percaya. Kita mestinya menambahkan doa setelah shalat kita dengan: "Aku berlindung dari hoax-hoax yg bisa membuatku tampak bodoh, yg bisa menurunkan image, yg bisa mengubah jalan pikiran. Lindungilah kami dari fitnah-fitnah yg absurd & iseng yg membuat teman-teman kami mempercayainya".
Sekali lagi, mungkin saya sarankan utk banyak-banyak minum tolak angin, supaya pintar & usahakan jangan langsung broadcast berita-berita & sesuatu yg agak asing & lucu, kecuali itu sudah merupakan pilihan akhir.
ADG
Blog: http://8200psig.blogspot.com/
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tuesday, September 21, 2010
Optimis, Pesimis dan Realistis
Beberapa waktu lalu, seorang teman "menolak" ajakan saya untuk optimis, namun juga menolak untuk dikatakan pesimis. Dia bilang dia realistis: "pesimis dan realistis itu beda-beda tipis, seperti kumis dan kelimis", katanya. Sebenarnya itu terjadi setelah saya memposting sebuah tulisan dari GNFI, tulisan yang optimis, tentang optimisme peningkatan ekonomi Indonesia, yang menulis adalah seorang pengamat dari Negeri kangguru. Sang teman bilang: "tulisan dan pembahasannya terlalu banyak 'if', dan masih terlalu jauh untuk diaplikasikan". Lalu dia menambahkan: "Stop dreaming and work harder". Hmmm... kalimat yang terakhir ini saja yang saya balas beri komentar: "Stop dreaming and work harder, sounds like a total mess to me. Keep dreaming and work harder, that's what we do to be better!".
Here we go, let's start a discussion.
Albert Einstein pernah berkata, bahwa imajinasi itu lebih berharga dari sekedar ilmu pasti. Kenapa? Karena dari bermimpi, rasa penasaran dan keingintahuan itulah timbul pertanyaan, yang menggiring kita untuk berkarya. Berkarya, membutuhkan optimisme, agar kita bisa leluasa bergerak dengan semangat yang timbul dari optimisme itu. Tapi bagaimana kalau kita merasa apa-apa yang kita miliki tidak cukup untuk menghasilkan karya dan pencapaian yang lebih? Bukankah itu realistis apabila media yang saya miliki, lingkungan yang saya diami, tools yang kita pakai dan pengetahuan kita tidak "sampai" ke sana? Bukan pesimis kan? Mari kita telaah sedikit.
Here we go, let's start a discussion.
Albert Einstein pernah berkata, bahwa imajinasi itu lebih berharga dari sekedar ilmu pasti. Kenapa? Karena dari bermimpi, rasa penasaran dan keingintahuan itulah timbul pertanyaan, yang menggiring kita untuk berkarya. Berkarya, membutuhkan optimisme, agar kita bisa leluasa bergerak dengan semangat yang timbul dari optimisme itu. Tapi bagaimana kalau kita merasa apa-apa yang kita miliki tidak cukup untuk menghasilkan karya dan pencapaian yang lebih? Bukankah itu realistis apabila media yang saya miliki, lingkungan yang saya diami, tools yang kita pakai dan pengetahuan kita tidak "sampai" ke sana? Bukan pesimis kan? Mari kita telaah sedikit.
Berpikir itu Indah
Kadang kita menilai seseorang “kurang berpikir” dikarenakan tindakan yang dilakukannya salah atau dinilai salah oleh masyarakat umum. Kadang juga permasalahan berpikir ini menjadi lebih rumit lagi manakala seseorang yg harus bertindak sesegera mungkin dituntut untuk berpikir secara cepat untuk mengatasi suatu masalah, padahal dia sendiri tidak memiliki pengetahuan yang cukup terhadap masalah yang dihadapinya, bahkan mungkin dia sendiri tidak tahu apa yg sebenarnya terjadi.
Akal pikiran sebenarnya diciptakan Tuhan sebagai software untuk manusia bertindak. Bertindak dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang bisa mengubah suatu keadaan atau membuat sesuatu. Inspirasi dan kreativitas juga timbul akibat pikiran yang diolah dan dikombinasikan dengan perasaan dan selera. Tentunya banyak hal lain yang mempengaruhi inspirasi dan kreatifitas manusia, seperti lingkungan, budaya, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan dan tentunya wawasan. Mengapa wawasan? Karena wawasan inilah yg penting bagi kita untuk berkembang. Seseorang yang tidak pernah meninggalkan tanah kelahirannya dan hanya mengenal orang-orang itu saja tanpa pernah bersinggungan dengan dunia luar, akan merasa bahwa dunianya adalah dunia terindah dan terbaik yang dimilikinya. Apalagi ada doktrin yang diterima sepanjang hidupnya, dan keterbatasan - atau malah dibatasinya – sumber informasi yang diterimanya. Saya pernah menonton film dokumenter tentang masyarakat Korea Utara yang geraknya dibatasi oleh Pemerintahnya, dan doktrin tentang kehebatan dan kebaikan dari Kim Jong Il, Sang Jenderal besar pemimpin mereka selalu didengung-dengungkan oleh media dan agen pemerintah. Hukuman yang diberikan untuk yang melanggar aturan sangat kejam dan mengerikan. Akhirnya, masyarakatnya yang cara berpikirnya terus dilemahkan, dengan arus informasi yang sangat dibatasi, akhirnya akan tercuci otaknya dan menganggap semua yang dikatakan dalam doktrin itu adalah benar. Akhirnya, tidak ada lagi batasan antara ketakutan dan kesadaran dalam perkataan dan perbuatan. Seiring terusnya generasi tumbuh, masyarakat Korea Utara telah terprogram untuk selalu memberikan puja dan puji untuk Jenderal Besarnya, entah apakah itu atas dasar kesadaran atau keterpaksaan. Alam pikiran sudah tidak bisa lagi membedakan. Hanya beberapa gelintir orang yang melawan doktrin tersebut, dengan menerima informasi dari luar ataupun berusaha mengembangkan pikiran mereka sendiri yang akhirnya memberontak dan mencari suaka ke Korea Selatan ataupun negara-negara lain. Tapi akibat yang diterima oleh keluarga orang-orang yang membelot tersebut sudah pasti sangat keras dan mengerikan. Kalau tidak dibunuh, mereka dimasukkan ke suatu penjara khusus untuk para pembelot, dan di sana diperlakukan seperti budak.
***
Rene Descartes (1596-1650), seorang ahli matematika, fisika dan filsuf asal Prancis menegaskan bahwa
Subscribe to:
Posts (Atom)